Urgensitas menghafal al-Quran di era modern - Al-Quran sudah lama menjadi problematika utama yang dibahas oleh kebanyakan peneliti insiders maupun outsiders. Dari segi keilmuannya, keajaiban kandungannya, dan banyak lagi hal-hal istimewa lainnya yang berusaha mereka kuak eksistensinya. Oleh karena itu al-Quran tidak lagi sebagai bahan hafalan belaka di benak para pengkaji, namun lebih kepada sesuatu yang dicari manfaatnya dan rahasia di dalamnya. Agar keberadaannya sebagai pedoman dan sumber syariat pertama dalam Islam benar-benar diterima oleh seluruh lapisan masyarakat muslim di dunia.
Jika seperti itu halnya, melihat kecanggihan zaman yang sudah tak terbilang lagi cerdasnya, perlukah dunia terhadap mereka para penghafal al-Quran? Ditinjau dari sudah banyak hadirnya aplikasi Quran yang menyediakan teks al-Quran secara utuh bahkan bersamaan dengan tafsir dan terjemah yang valid.
Maka, untuk menjawab pertanyaan ini kiranya kita sebagai manusia beragama harus berpola pikir kepada esensi mengahafal Quran itu sendiri.
Tanyakan kepada mereka yang menghafal ayat suci ini, "untuk apa/apa tujuan anda/manfaat apa yang anda peroleh terhadap hafalan Quran yang dengan tekun anda hafal?"
Atau jangan-jangan hanya sebagai bahan komoditas belaka?!! Naudzubillah.
Allah secara resmi menyatakan dalam firman-Nya bahwa Dia sendirilah yang akan menjaga keaslian/keotentikan al-Quran. Dengan demikian, sesuatu apapun bisa menjadi wasilah tercapainya tujuan Allah ini. Baik itu dengan cara dihafal oleh orang-orang pilihan, dikehendaki untuk dicetak dengan segala lika-liku yang dilaluinya, maupun dengan cara dimasukkan ke dalam aplikasi telepon genggam sebagai Quran digital.
Terkhusus aplikasi Quran yang marak kita pakai mutakhir ini, penggelinciran harokat dan posisi kalimat atau ayat atau bahkan penukaran beberapa ayat dan halaman, akan sangat memungkinkan terjadi. Melihat semakin berkembangnya minat industri dan keahlian teknologi di zaman ini, Quran digital dirasa perlu diwaspadai. Hanya sampai titik perlu ya teman-teman, bukan harus. Karena selain beberapa kekurangannya, banyak juga ternyata manfaat yang dihasilkan.
Saat penggelinciran kalimat dan ayat itu terjadi, saat itulah para hafizh-hafizhah di zaman ini, ahli agama, ahli tata bahasa Quran memainkan perannya. Mereka akan melacak sendiri mana yang salah dan mana yang benar dalam penulisan al-Quran dengan modal keimanan mereka. Hal-hal yang tak mampu orang awam lakukan, mereka mampu melakukannya. Karena satu saja harokat tertukar atau salah, maka maknanya akan sangat kontras berubah. Misalnya QS. Al-fatihah : 7, kata an'amta (yang telah kauberi nikmat) menjadi an'amtu (yang telah kuberi nikmat). Pergeseran makna di sini sangat jelas, bahkan menyinggung masalah tauhid atau keyakinan.
Inilah beberapa urgensi/pentingnya para penghafal Quran yang tak bisa digantikan oleh mesin pintar apapun. Mereka menggunakan hati untuk memperbaiki kesalahan dalam al-Quran, sedangkan mesin hanya terpaku pada program buatan yang sarat akan penyelundupan kekeliruan. Serta kemungkinan akan menjadi misi penyerangan umat Muslim oleh orang kafir secara halus.
Semoga Allah jadikan kita dan anak cucu kita sebagai orang yang berpegangteguh pada al-Quran dan dijauhkan dari segala tipu muslihat orang kafir. Amin.
Sumber Materi : Pribadi.
Allah secara resmi menyatakan dalam firman-Nya bahwa Dia sendirilah yang akan menjaga keaslian/keotentikan al-Quran. Dengan demikian, sesuatu apapun bisa menjadi wasilah tercapainya tujuan Allah ini. Baik itu dengan cara dihafal oleh orang-orang pilihan, dikehendaki untuk dicetak dengan segala lika-liku yang dilaluinya, maupun dengan cara dimasukkan ke dalam aplikasi telepon genggam sebagai Quran digital.
Terkhusus aplikasi Quran yang marak kita pakai mutakhir ini, penggelinciran harokat dan posisi kalimat atau ayat atau bahkan penukaran beberapa ayat dan halaman, akan sangat memungkinkan terjadi. Melihat semakin berkembangnya minat industri dan keahlian teknologi di zaman ini, Quran digital dirasa perlu diwaspadai. Hanya sampai titik perlu ya teman-teman, bukan harus. Karena selain beberapa kekurangannya, banyak juga ternyata manfaat yang dihasilkan.
Saat penggelinciran kalimat dan ayat itu terjadi, saat itulah para hafizh-hafizhah di zaman ini, ahli agama, ahli tata bahasa Quran memainkan perannya. Mereka akan melacak sendiri mana yang salah dan mana yang benar dalam penulisan al-Quran dengan modal keimanan mereka. Hal-hal yang tak mampu orang awam lakukan, mereka mampu melakukannya. Karena satu saja harokat tertukar atau salah, maka maknanya akan sangat kontras berubah. Misalnya QS. Al-fatihah : 7, kata an'amta (yang telah kauberi nikmat) menjadi an'amtu (yang telah kuberi nikmat). Pergeseran makna di sini sangat jelas, bahkan menyinggung masalah tauhid atau keyakinan.
Sumber: https://images.app.goo.gl/g7oMS6zxywoEUVpaA |
Sumber: https://images.app.goo.gl/wpTFBhsj4Qmf77xn6 |
Sumber Materi : Pribadi.
Masyaallah...
BalasHapusBermanfaat sekalii...
Makasih mbak wkwk
Hapus